
Ayah dan mama menemani sampai tempat dudukku, “Hati-hati ya, Mbak…”, kata mama. “Ya, hati-hati, dan salam buat keluarga di sana. Kalau sudah sampai Surabaya, telpon ya”, ayah ikut bersuara. Aku mengangguk, “Insya Allah…”
Jam 17.15 WIB. Tanda KA akan berangkat terdengar, mama memelukku, ayah mencium keningku lalu mengusap-usap kepalaku. “Hati-hati ya...”, mereka berpesan lagi sambil berlalu untuk turun dari KA.
Perlahan KA mulai berjalan. Ayah dan mama melambaikan tangannya padaku. Aku balas lambaiannya, sampai mereka tak terlihat lagi dalam pandanganku. Alhamdulillah, penumpang di sebelahku seorang bapak yang sopan dan tidak banyak mengajak aku ngobrol yang menurutku ga penting, karena aku tidak suka banyak bicara dan diganggu. Apalagi ini perjalanan yang jauh dan lama, juga malam hari.
Subhaanallah… sudah lama sekali aku tidak naik KA kearah Timur. Terakhir kali ketika aku masih duduk di bangku SD. Sekarang baru pergi lagi, sendirian… oo… Ini adalah kali pertama aku pergi jauh tanpa keluarga. Hm… agak takut juga, tapi harus aku coba, aku kan sudah besar!
Aku jadi teringat saat aku kecil, serins sekali ayah mengajak mama dan anak-anaknya berlibur di desa tempat mbah , orang tua ayah, tinggal. Beliau mengajak kami ke sana dengan KA. Saking seringnya kami berlibur ke sana naik KA, kami menjadi hafal dengan urutan dan nama stasiun-stasiun yang kami lewati. Bahkan ayah terkadang bertanya pada kami seperti kuis, “Habis ini stasiun apa?”
Biasanya kami turun di Stasiun Maos atau Kroya. Setelah itu naik angkutan umum ke pasar Sampang, dan dari sana kami menggunakan delman menuju rumah Mbah putri. Wui… panasnya… tapi agak terhibur dengan semilir angin yang terkadang bercampur asap mobil, bus dan truk yang menyusul delman kami. Jauh banget! Tapi asyik naik delman! Lucu! Terkadang kami melihat sang kuda mengeluarkan kotorannya di depan mata kami, lalu ekornya berkibas… Hiiiii…. Tapi kami tertawa senang.
Tiba di rumah mbah, biasanya kami langsung disuguhi macam-macam makanan yang menurutku aneh. Ada kue satu, lanting, ampyang, rengginang, dodol yang aneh, wajit, dll. Pokoknya makanan daerah sana deh…
Jika sepupu-sepupuku juga berdatangan dari kota lain, aku, adik dan sepupu2ku pergi ke sawah, berjalan-jalan saja di pematang sawah. Ke kebun, memetik jeruk-jeruk lalu mencobanya… wooow… asssyyeeemmmm banget!!!! Di desa, aku belajar naik sepeda ontel, dibantu sepupuku yang sudah mahir.. Ternyata asyik juga ya…
Aku, adik dan sepupu2 yang perempuan sering mandi bersama, saling menggosok punggung, dan yang seru adalah saling berebut untuk menimba air sumur. Tetapi lama-lama aku takut menimba air sumur, takut kecemplung!
Terkadang kami berkeliling kampung di sore hari. Lalu mengunjungi Mbah-mbah kami yang lain, yang aku sendiri ga begitu faham apa hubungan persaudaraan beserta silsilahnya. Yang aku tahu saat itu, itu Mbah anu, Mbah anu, Pak De ini, Bu De ini, Pak Le itu, Bu Le itu…
Hal yang aku senangi saat berlibur di desa itu adalah mengejar anak ayam lalu menyembunyikannya sampai induk ayam marah. Aku sembunyikan di sandaran kursi, kututupi dengan bantal lalu aku duduk di kursi itu. Mbah yang tahu ada anak ayam di belakangku geleng-geleng kepala dan tertawa. Dengan bahasa Jawa-nya, yang aku ga ngerti, beliau mengambil anak ayam itu dan meletakkannya dekat sang induk. Aku ya cari lagi anak ayam yang lain dan kuperlakukan lagi anak ayam kecil itu seperti saudaranya. Sampai aku akhirnya kapok karena dipatok induknya dan ada salah seekor anak ayam yang mati akibat aku bekap di kursi. Bandel juga ya aku…
Tetapi, mbah, mama dan ayah tidak pernah memarahi aku. Mereka hanya mengatakan hal yang baik dan tidak menyalahkan aku, hanya mengingatkan dan memberi nasihat, sehingga aku benar-benar mengerti.
Hmmm...
Subhaanallah, Ya Allah, terima kasih atas masa kecilku yang indah…
Hm… perjalanan masih jauh. Aku capai dan mengantuk. Jam sudah menunjukkan pukul 00.47 WIB. Sekitar 6 jam lagi KA ini tiba di Surabaya.
Selamat tidur… I’ll see you tomorrow morning…
Insya Allah...
No comments:
Post a Comment