
"De, Mba punya keponakan yang baru selesai pendidikannya. Kayaknya sayang banget kalau buat orang lain. Mau ga Mba kenalkan sama dia?"
"Kak, anaknya Ibu itu belum nikah lo.."
"Mba, tau ga, ada yang ngecengin Mba loh.."
"Dhy, ada tuh temenku yang masih jomblo, tar aku kenalin ya.."
"Neng, sing sabar nya.. mugi enggal dipaparin jodoh anu sholeh.."
"Tenang aja, kandidat yang pengen kenal sama kakak ada beberapa, masih kita dipertimbangkan.."
Subhaanallaah.. perhatian banget ya orang-orang di sekitarku. Makasih.. makasih.. Mereka menyampaikan berita yang senada untukku : ayo, cepat menikah..!! Ga baik sendirian..
Tapi, jujur aja, saat ini aku masih belum memikirkan hal itu. Trauma? Hm.. ya, mungkin..
Temanku memberi komentar, trauma sih trauma, tapi jangan kelamaan. Obatnya ya mendapatkan cinta yang baru.
Subhaanallaah.. aku bukan tak ingin menempuh separuh dien, tapi saat ini aku masih perlu menenangkan hati, menjernihkan pikiran, dan mengevaluasi diri. Itu perlu waktu, aku harus memikirkannya baik-baik karena ini menyangkut masa depanku, dunia-akhirat.
Bagiku, sulit memercayai seorang laki-laki untuk hal seperti ini. Selama ini aku memohon agar aku menikah dengan laki-laki yang aku cintai, tetapi aku mungkin salah karena aku merasa sakit ketika harapan itu tidak terwujud.
Aku ingin jika Allah mempertemukan aku dengan laki-laki yang merupakan belahan jiwaku, Allah melunakkan hatiku. Aku berharap laki-laki itu tulus padaku, menerima aku apa adanya, semoga aku bisa mencintai laki-laki yang menikahi aku.
Semoga kebahagiaan itu bisa aku rasakan bukan hanya di dunia ini tetapi juga di kampung akhirat nanti.. aamiin..
No comments:
Post a Comment